PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN DALAM PENAFSIRAN AL-QURAN

Posted by Pelangi Horison 17 Juli 2012 0 Comment

PENDAHULUAN

Al-Quran adalah kitab suci yang di turunkan untuk menjadi pedoman hidup (way of life) bagi manusia. Fungsi tersebut secara tegas dinyatakan oleh Allah dalam beberapa ayat al-Qur’an. Agar fungsi tersebut dapat direalisasikan, maka tidak boleh tidak al-Quran tersebut harus dapat dipahami oleh manusia.


Dalam upaya untuk merealisasikan fungsi terse¬but, manusia berusaha untuk mencari kejelasan makna pesan-pesan al-Quran tersebut, yang salah satunya ada¬lah menafsirkan al-Quran. Upaya ini telah dilakukan oleh para mufassir, baik oleh Rasulullah S AW . sendiri sebagai mufassir pertama dan para pewarisnya. Rasulullah menjelaskan al-Quran dengan sunnahnya, sedang pa¬ra pewarisnya menafsirkan al-Quran dengan hadits-hadits Rasulullah SAW.

Di samping berusaha memahami al-quran dengan penjelasan al-Quran itu sendiri, dan ijtihad mereka, dengan menggunakan kemampuan pengetahuan bahasa, adat istiadat Arab, hal ihwal kaum yahudi-nasrani dan kekuatan daya tangkap mereka. Kemudian, pada masa Tabi’in (yang secara umum juga disebut sebagai pewaris Nabi SAW., tetapi dalam kaitannya dengan penafsiran al-quran sebutan pewaris ini nampaknya tertuju pada para sahabat), perkembangan pola penafsiran telah menunjukkan karakteristik yang berbeda dengan pola yang menonjol pada masa sahabat.

Dalam memahami arti ayat-ayat al-Quran dan menafsirkannya, para Tabi'in -- di samping melandaskan pada ayat-ayat al-Quran itu sendiri, hadits-hadits Rasulullah SAW serta penafsiran yang diberikan oleh para sahabat Nabi SAW dengan bantuan cerita-cerita dari para ahli kitab -- telah menggunakan ra'yu sebagai alat menalar. Meskipun corak penalarannya masih belum serasional para pelanjutnya yang telah mengintroduksi pola penafsiran Bi al-Ra'yi. Oleh karena itu, Adz-Dzhabi menyebut lima macam sumber yang dipakai oleh para Tabi'in dalam menafsirkan al-Quran, yaitu: al-Quran, al-Hadits, tafsir para sahabat, cerita para ahli kitab dan ra'yu atau ijtihad para tabi'in sendiri.

Pada masa Tabi'in inilah kita bisa melihat mulai adanya peluang 'inhiraf' dalam penafsiran al-Quran. Meskipun, secara logis bisa kita duga bahwa pada zaman sahabat pun bukan tidak mungkin ada peluang untuk melakukan penyimpangan itu. Namun untuk menyatakan bahwa kecenderungan ke arah itu benar-benar ada, kita belum memperoleh bukti. Sedang pada periode Tabi'in ini, tafsir-tafsir al-Quran sudah menampakkan kecenderungan ke arah penyimpangan, meskipun belum dapat kita katakan telah menyimpang, karena paling tidak di dalamnya terdapat hal-hal yang memberikan peluang ke arah itu. Peluang tersebut antara lain dimungkinkan oleh pola-pola penafsiran mereka yang mengandung tiga macam permasalahan:

Pertama: Karya-karya Tafsir para Tabi'in pada umumnya mengandung cerita-cerita Israiliyat dan Nashraniyat, yang bila dicermati bukan tidak mungkin sebagian dari cerita-cerita tersebut tidak memiliki sumber yang benar-benar bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya apalagi banyak di antara kisah-kisah tersebut dimuat dengan tanpa menyantumkan sanadnya, sehingga sulit sekali dilacak sumbernya. Bahkan, ada di antara cerita-cerita tersebut yang terbukti ketidak-benarannya setelah diteliti.

Kedua: Di dalam kitab-kitab tafsir para Tabi'in terlihat mulai adanya kecenderungan untuk hanya menerima periwayatan dari orang-orang tertentu, http://www.blogger.com/img/blank.gifdengan menafikan riwayat lain yang mungkin lebih dapat dipertanggungjawabkan nilai kebenarannya daripada riwayat yang dipakai sebagai salah satu sumber penafsiran.
Ketiga: Pada masa Tabi’in mulai tumbuh benih-benih perselisihan antar madzhab, terutama dalam masalah teologi, sehingga bukan tidak mungkin sebagian Tafsir para Tabi'in yang mengandung kecenderungan untuk mempertahankan metode dan pendapat Imam-imam madzhab, yang boleh jadi pada taraf tertentu akan berlebih-lebihan dan berkecenderungan untuk menyimpang, hanya karena dalam rangka membela pendapat Imam-imam madzhab dan seperangkat pendapat madzhabnya.

Kecenderungan-kecenderungan Itu semakin tampak pada masa berikutnya dengan munculnya pola-pola baru dalam penafsiran al-quran, terutama dengan semakin menguatnya gairah orang-orang Islam untuk memberikan makna yang lebih memuaskan keinginan mereka untuk memahami al-Quran. Download Artikel Lengkap
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN DALAM PENAFSIRAN AL-QURAN
Ditulis oleh Pelangi Horison
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://pelangi-horison.blogspot.com/2012/07/penyimpangan-penyimpangan-dalam.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 Comment:

Posting Komentar

Panduan blog dan SEO support Jual Online Baju Wanita - Original design by Bamz | Copyright of Belajar Ngeblog.